Posts

Showing posts from October, 2022

Belajar Mengambil Keputusan sebagai Seorang Pemimpin

Image
Tak terasa saya berhasil menyelesaikan modul ke-8 di hari ini. Modul ke-8 ini memuat materi tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. mi dalam Modul ini banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan, memahami tentang proses, prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan serta mengaitkannya dengan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati.   Saya akan mulai melakukan refleksi terhadap kegiatan saya di 2 minggu terakhir setelah mempelajari modul tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin ini. Setelah pembelajaran modul ini saya akhirnya memahami bahwa ada perbedaan yang mendasar pada saat kita harus mengambil keputusan atas suatu kasus. Apakah tergolong kasus dilema etika atau bujukan moral. Kasus yang tergolong dilema etika akan terjadi ketika melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang sama-sama menjunjung tinggi nilai sebuah kebajikan tertentu, keduanya sama-sama benar namun saling bertentangan satu s

Koneksi Antar Materi Modul 3.1. (Kesimpulan dan Refleksi Pemahaman Modul)

Image
Koneksi Antar materi modul Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebjikan sebagai Pemimpin ini saya awali dengan berusaha untuk memahami sebuah kutipan ““Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ( Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best ). Kaitan kutipan ini dengan modul  pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan menurut saya adalah sebagai seorang guru seringkali kita menghadapi sebuah dilema etika terkait proses pembelajaran yang kita laksanakan. Dua kepentingan saling berbenturan. Kita dihadapkan pada situasi untuk menyelesaikan satu materi sesuai dengan tuntutan kurikulum namun kondisi lain menyadarkan kita bahwa memampukan murid sesuai dengan ketercapaiannya masing-masing dengan mengutamakan pembentukan karakter murid, nilai dan prinsip yang kita anut juga amat penting. Mengajarkan mereka tentang proses untuk memahami materi secara holistik tentunya jauh lebih penting dar

Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Wujud Keberpihakan Pada Murid

  Akhirnya selesai juga pembelajaran untuk modul yang kelima terkait Modul 2.1. Praktik pembelajaran yang berpihak pada murid atau yang lebih dikenal dengan Pembelajaran Berdiferensiasi. Saya sungguh merasa luar biasa sekali saat mempelajari modul ini, sesuatu yang selama ini tidak pernah saya dapatkan dalam pelatihan manapun walaupun dalam pelaksanaannya praktik pembelajaran berdiferensiasi ini sudah sangat sering saya lakukan tanpa saya sadari. Walaupun saya belum memahami strategi pembelajaran berdirensiasi mulai dari diferensiasi konten, diferensiasi proses maupun diferensiasi produk, selama ini saya berupaya untuk membantu murid-murid memahami dan terlibat dalam proses pembelajaran yang saya laksanakan.   Keterkaitan materi yang didapat dalam modul Pembelajaran Berdirensiasi dengan peran saya sebagai calon guru penggerak sangat erat sekali. Sebagai calon guru penggerak saya selalu berupaya untuk menjadikan landasan filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai acuan dalam meran

Supervisi Berbasis Coaching sebagai Paradigma Perubahan untuk Memberdayakan

  Tanpa terasa sudah empat belas minggu saya terlibat dalam Pendidikan Calon Guru Penggerak angkatan 5 Kabupaten Bangka ini. Kali ini saya akan menyampaikan refleksi Dwi Mingguan yang ke-7 saya terkait pengalaman dan perasaan saya saat melaksanakan berbagai kegiatan dalam kegiatan Calon Guru Penggerak ini. Adapun model refleksi yang saya pilih untuk refleksi Dwi Mingguan kali ini adalah model 5M. Saya akan menceritakan tentang pengalaman saya dalam melaksanakan kegiatan modul 2.3. terkait Coaching untuk supervisi akademik. Materi Coaching merupakan materi yang sangat baru sekali bagi saya. Saya akan Mendeskripsikan, menceritakan kembali peristiwa yang terjadi dan saya alami dua minggu terakhir ini.   Selama dua minggu yang ke tujuh ini kami mempelajari tentang Coaching untuk supervisi akademik. Coaching sendiri didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana Coach akan memfasilitasi peningkatan atas performa ke

Pembelajaran Sosial Emosional untuk Membentuk Karakter Murid

Image
  Akhirnya saya menyelesaikan modul 2.2 di akhir minggu kedua belas kegiatan Pendidikan Calon Guru penggerak angkatan 5 ini. Modul 2.2 ini terkait praktik pembelajaran yang berpihak pada murid tepatnya tentang pembelajaran sosial emosional. Pembelajaran  sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah di mana melalui proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik serta tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 1)      memahami menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri) 2)      menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri) 3)      menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) 4)      membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi) 5)      membuat keputusan yang bertanggung jawab  Pembelajaran sosial dan emosional sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar