Kolaborasi dan Komitmen Berkesinambungan Sebagai Dasar Membangun Budaya Positif
Bagi saya mempelajari modul 1.4.
terkait materi budaya positif ini sungguh luar biasa sekali. Melalui modul ini
kita dapat memahami banyak hal yang mungkin selama ini tidak pernah kita
pelajari. Dalam modul 1.4. ini kita diajak untuk memahami bagaimana menciptakan
lingkungan yang positif dan menyenangkan serta mendukung murid menjadi pribadi
yang bahagia, mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan filosofi Ki Hajar
Dewantara. Ada beberapa hal yang menjadi kajian dalam materi budaya positif ini
antara lain terkait disiplin positif dan nilai kebajikan universal, teori
motivasi, hukuman dan penghargaan serta restitusi, keyakinan kelas, kebutuhan
dasar manusia, 5 posisi kontrol guru dan terakhir adalah segitiga restitusi.
Menarik sekali bagi saya bagaimana
untuk mengaktifkan pengetahuan awal yang telah saya peroleh dalam modul 1.1.
terkait filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan konsep bagaimana
menumbuhkan budaya positif di sekolah sebagai tempat bagi anak untuk
menumbuhkembangkan kodratnya masing-masing. Memahami jika dalam teori kontrol
setiap murid memiliki perilaku dengan tujuan tertentu, bahkan terhadap perilaku
yang tidak kita sukai. Hal penting lainnya adalah terkait bagaimana kita
berusaha memberikan penguatan positif atau bujukan-bujukan terhadap segala
perilaku murid-murid sebagai bentuk kontrol yang dapat kita lakukan.
Kita
seharusnya menyadari bahwa disiplin positif merupakan disiplin yang
tertanam dalam diri pribadi setiap murid dan terlahir sebagai motivasi
intrinsik dalam seorang anak. Motivasi ini sifatnya permanen dan dalam jangka
waktu yang panjang. Kita juga harus memahami bahwa perilaku negatif yang
ditunjukkan oleh seorang murid kita sebenarnya adalah bentuk tidak terpenuhinya
salah satu kebutuhan murid-murid kita, apakah di rumah ataukah di lingkungan
sekolah. Tugas dan tanggung jawab kita untuk menuntun mereka dengan
melaksanakan upaya restitusi untuk membuat anak kembali kepada kelompoknya
dengan karakter yang lebih kuat dari sebelumnya. Membimbing mereka untuk
menyadari kesalahan, memberi pengertian kepada mereka jika melakukan kesalahan
sesuatu hal yang wajar dan memberi kesempatan kepada anak untuk mencari solusi
atas kesalahan yang dilakukan tersebut.
Ada beberapa hal yang saya terapkan
terkait pemahaman modul budaya positif ini dalam aktivitas keseharian saya
sebagai pendidik di SMA Negeri 1 Mendo Barat. Beberapa upaya yang saya lakukan
terkait penerapan budaya positif dalam keseharian saya antara lain, yang
pertama saya mencoba menyepakati keyakinan kelas di kelas perwalian saya yaitu
kelas XII IPS1. Mengapa hal ini saya lakukan? Sebelumnya saya sudah pernah
mengajak anak-anak kelas perwalian kelas saya untuk membuat kesepakatan kelas.
Ternyata kesepakatan yang dibuat di awal semester ganjik tahun pembelajaran ini
masih sering diabaikan oleh anak-anak murid saya. Oleh karena itu saya mencoba
untuk mengajak mereka untuk menyepakati keyakinan kelas sebagai upaya
menumbuhkan budaya positif di kelas perwalian saya.
Tahapan yang saya lakukan pertama
kali untuk pembentukan keyakinan kelas ini adalah melakukan sosialisasi tentang
nilai-nilai kebajikan kepada murid-murid saya. Setelah itu murid-murid saya
ajak untuk melakukan curah pendapat melalui selembar kertas kecil yang kemudian
kami tempelkan di depan kelas. Dari hasil curah pendapat yang diberikan oleh
murid-murid tersebut, kami menyemangati beberapa poin nilai-nilai kebajikan
sebagai bentuk keyakinan kelas mereka. Saya juga berusaha untuk selalu
mendampingi anak-anak perwalian saya dalam penerapan keyakinan kelas tersebut.
Upaya kedua yang saya lakukan adalah
dengan melakukan praktek restitusi kepada beberapa murid saya yang mengalami
permasalahan dalam proses pembelajaran mereka di sekolah. Pertama, saya
melakukan restitusi kepada salah seorang murid saya yang sering terlambat
datang ke sekolah karena siswa tersebut bekerja di malam harinya. Adapun
tindakan restitusi yang saya lakukan adalah menanyakan alasan murid itu
bekerja, meminta murid tersebut menceritakan apa yang dirasakannya dalam proses
pembelajaran dengan kondisi malam harinya bekerja, kemudian saya mencoba
mengajak murid tersebut kembali mengingat nilai-nilai kebajikan yang ada di
kelas kami yang dituangkan dalam keyakinan kelas. Menanyakan kepada murid
tersebut apakaj ada keyakinan kelas yang tidak dilaksanakannya dengn kondisi
saat ini. Dan akhirnya saya berusaha memberi kesempatan kepada murid tersebut
tentang solusi apa yang dapat dilakukannya agar tidak terlambat lagi datang ke
sekolah. Selain itu saya juga melakukan pemanggilan kepada orang tua murid
tersebut agar orang tua di rumah ikut bertanggung jawab terhadap keterlambatan
anak itu dan tidak terulang lagi di kemudian hari.
Restitusi yang kedua saya lakukan
untuk muri yang juga sering terlambat. Murid tersebut sering abai atau lalai
pergi ke sekolah karena setelah mandi dan bersiap anak itu lebih memilih untuk
asyik dengan gawainya. Akibat keasyikannya dengan tersebut, murid tersebut
lalai untuk pergi tepat waktu ke sekolah dan akhirnya menjadi terlambat hadir
ke sekolah. Saya mengajak murid tersebut bicara menanyakan penyebab
keterlambatannya yang cukup sering. Saya meminta murid tersebut melakukan
refleksi atas keterlambatannya itu. Kemudian mengajak murid itu kembali
mengingat keyakinan kelas yang sudah kami sepakati. Selanjutnya saya juga minta
anak itu mencari solusi atas permasalahannya. Tidak hanya itu, saya juga
melakukan pemanggilan kepada pihak orang tua agar lebih peduli akan aktivitas
anak di rumah sehingga tidak terlalu asyik dengan gawainya.
Restitusi yang ketiga saya lakukan
adalah terkait seorang murid yang membawa gawai ke kelas namun tidak atas
permintaan guru mata pelajaran. Saya mengajak murid itu untuk mengungkapkan
alasannya melakukan tindakan tersebut. Ternyata alasannya membawa gawai di hari
itu karena ingin melakukan proses pencetakan tugas dari gawainya setelah pulang
sekolah. Saya mengajak murid itu kembali meyakini nilai keyakinan kelas kami
kemudian memberikan kesempatan kepada murid itu untuk mencari solusi agar
peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi.
Aksi nyata lain yang saya lakukan
adalah terkait bagaimana saya berusaha untuk membagi pemahaman dan penerapan
terkait budaya positif ini kepada rekan-rekan yang ada di sekolah saya. Saya
mendapatkan kesempatan dari kepala sekolah untuk membagikan pemahaman kami ini
bersamaan dengan kegiatan IHT sekolah terkait pemanfaatan LMS untuk
pembelajaran. Kesempatan untuk berbagi pemahaman dan penerapan naik ini saya
lakukan melalui berkolaborasi dengan rekan sejawat yang kebetulan sama
sama-sama mengikuti program guru penggerak angkatan ke lima ini. Kami berupaya
untuk menyampaikan pemahaman yang kami miliki kemudian membagikan beberapa
bentuk praktik penerapan terkait upaya untuk membangun budaya positif di
sekolah yang sudah kami lakukan selama ini.
Jika kita bicara tentang budaya positif maka tentunya kita tidak akan lepas dari dua hal yaitu kolaborasi dan komitmen yang berkesinambungan. Harus ada kerjasama, daya sanding yang terbaik yang mampu kita lakukan di antara seluruh pemangku kepentingan yang ada di sekolah baik itu kepala sekolah, guru-guru, tenaga kependidikan, bahkan harus melibatkan pihak komite dan juga orang tua. Bagaimana upaya kita untuk menjadikan sekolah sebagai lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi murid-murid kita untuk menerima proses pendidikan dan pengajaran . Komitmen berkesinambungan juga sangat diperlukan dalam membangun budaya positif. Hal ini bukanlah usaha yang instan, bukanlah usaha yang dapat dilakukan dalam waktu singkat saja. Diperlukan waktu yang panjang dan dilakukan secara perlahan-lahan kita. Kita tidak bisa mengharapkan hasil yang optimal dalam waktu yang singkat tentunya. Namun saya yakin dan percaya jika ada kolaborasi dari seluruh pihak yang berkepentingan di sekolah, ada komitmen yang bersinambungan tanpa henti dari pihak-pihak yang ada di sekolah itu juga. Namun yakinlah membangun budaya positif di sekolah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk kita lakukan. Semangat untuk melakukan perubahan, semangat untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Salam Guru Penggerak.
Adapun upaya yang telah saya lakukan untuk menumbuhkan budaya positif ini dan aksi berbagi pemahaman dan penerapan baik tersebut saya dokumentasikan dalam video Youtube berikut ini.
Keren
ReplyDeleteluar biasa ibu, berbagi dan implementasi lengkap.
ReplyDeletemakasih Bu Repi....Ibu juga sangat luar biasa
DeleteKeren Bu Yeni, kata kuncinya" kolaborasi dan komitmen", oke akan selalu diingat, saya yakin dengan semangat dan tekad yang ibu miliki, bu Yeni akan membawa perubahan besar di sekolah kita, saya membayangkan apabila budaya positif itu sudah terwujud pasti akan menyenangkan sekali kegiatan belajar mengajar disekolah kita. Tetap semangat Bu Yeni dan teruslah menginspirasi....
ReplyDeleteMemabaca artikel bu Yeni sungguh menggugah semangat untuk terus berproses menuju perubahan positif di sekolah
ReplyDeleteBu Yeni mampu menyusun artikel yang bagus. Saya senang membacanya. Bahasanya mudah dipahami. Perbendaharaan katanya lengkap.
ReplyDelete